Asal-Usul PERTANIAN
Sejarah pertanian adalah bagian dari sejarah kebudayaan
manusia. Pertanian muncul ketika suatu masyarakat mampu untuk menjaga
ketersediaan pangan bagi dirinya sendiri. Pertanian merupakan suatu kegiatan
manusia yang termasuk di dalamnya yaitu bercocok tanam, peternakan, perikanan,
dan juga kehutanan. Sebagian besar mata pencaharian penduduk Indonesia adalah
sebagai petani, sehingga sektor pertanian sangat penting untuk dikembangkan di
negara kita.
Berbisnis dalam bidang sektor pertanian memang bukan hal
yang mudah, namun juga bukan suatu yang sulit untuk dilakukan dan dikembangkan.
Berbisnis di bidang pertanian masih terbuka lebar dan luas, karena produk hasil
pertanian masih sangat dibutuhkan baik sebagai penyedia kebutuhan pangan, papan, sandang dan lainnya.
Suatu peluang bisnis yang sangat menjanjikan jika
Anda mampu mengolah dan mengembangkannya. Untuk mengembangkan sektor pertanian
di Indonesia ada beberapa cara untuk menerapkannya, diantaranya dengan sistem
pertanian. Melalui sistem pertanian ini, nantinya Anda dapat memilih dan
memilah akan menggunakan sistem pertanian apa yang sesuai dan cocok dengan
kondisi tempat dipedesaan menggunakan hutan sebagai
sumber utama pemenuhan kebutuhan dan mudah didaya gunakan, salah ssatunya
sebagai tempat dilakukannya kegiatan. Sistem pertanian dengan cara ladang dan
tegal pekarangan dapat menjadi salah satu bentuk sistem pertanian yang banyak
diminati dari dulu hingga saat ini. Hal yang menuntut mengapa masyarakat lebih
suka untuk ladang dan tegal pekarangan salah satunya adalah biaya yang
dikeluarkan relatif kecil,
Lalu sistem pertanian yang
bagaimanakah yang cocok dilakukan di negara Indonesia:
1. Sistem ladang
2. Sistem tegal pekarangan (talun)
3. Sistem sawah
4. Sistem perkebunan
6. Sistem pekarangan
Sejarah
Sejarah
pertanian adalah bagian dari sejarah kebudayaan manusia. Pertanian muncul
ketika suatu masyarakat mampu untuk menjaga ketersediaan pangan bagi dirinya
sendiri. Pertanian merupakan suatu kegiatan manusia yang termasuk di dalamnya
yaitu bercocok tanam, peternakan, perikanan, dan juga kehutanan. Sebagian besar
mata pencaharian penduduk Indonesia adalah sebagai petani, sehingga sektor
pertanian sangat penting untuk dikembangkan di negara kita.
Sistem
pertanian talun (tegal pekarangan)
Talun
merupakan salah satu komponen yang umum ditemukan pada agroekosistem di Jawa
Barat. Talun adalah salah satu sistem agroforestry yang khas, ditanami dengan
campuran tanaman tahunan/kayu (perennial) dan tanaman musiman (annual), dimana
strukturnya menyerupai hutan, secara umum ditemui di luar pemukiman dan hanya
sedikit yang berada di dalam pemukiman.
Sistem
pertanian ini berkembang di lahan-lahan kering, yang jauh dari sumber-sumber
air yang cukup. Sistem ini diusahakan orang setelah mereka menetap lama di
wilayah itu, walupun demikian tingkatan pengusahaannya rendah. Pengelolaan
tegal pada umumnya jarang menggunakan tenaga yang intensif, jarang ada yang
menggunakan tenaga hewan. Tanaman-tanaman yang diusahakan terutama tanaman
tanaman yang tahan kekeringan dan pohon-pohonan.
Fungsi
ekologi talun antara lain adalah memberikan perlindungan terhadap plasma
nutfah, sebagai habitat satwa liar seperti jenis burung dan serangga penyerbuk,
memberi perlindungan terhadap tanah dari bahaya erosi, dan sebagai penghasil
seresah dan humus. Sedangkan fungsi sosial ekonominya antara lain adalah
memberikan manfaat ekonomi dari hasil produksinya yang dapat dijual atau yang
dapat dimanfaatkan secara langsung seperti kayu bakar, bahan bangunan, dan
buah-buahan.
Pengolahan
tanah: Lahan talun ini benar-benar menggunakan sistem tanam campuran. Karena
petani hanya menanam dan membiarkan lahannya dan tidak ada perawatan yang
intensif seperti pada ladang . Jenis-jenis tanaman yang ada di talun ini antara
lain: Kacang tanah, jagung, jati, mangga, singkong, angsana, johar, tanaman
obat, dll. Tanaman di lahan ini tidak terspesifik karena talun merupakan
gabungan antara tegal dengan pekarangan. Di samping itu, jenis tanaman yang
tumbuh di talun tidak ditentukan. Petani hanya menanam komoditasnya, sementara
tanaman lain tumbuh dengan sendirinya. Dengan kata lain, pada lahan talun ini
tanaman yang ada pada lahannya merupakan tanaman dengan sistem tumpang sari (multiple
cropping).
Jarak
tanaman yang diterapkan sama sekali tidak teratur. Mungkin ada yang diatur,
namun karena perawatannya tidak terlalu intensif, sehingga pertumbuhan dan
jarak tanam antara tanaman lama dengan tanaman yang baru tumbuh pun tidak
teratur. Input atau masukan yang diberikan antara lain pupuk. Tanaman di talun
ini juga memerlukan masukan karena sebagian hasil pertaniannya juga untuk
dijual. Oleh karenanya, lahan ini juga terkadang dipupuk namun ini pun juga
tidak terlalu sering, hanya jika hasil panen kurang maksimal saja. Karena macam
vegetasi di sini sangat banyak, dan tidak memerlukan pengolahan tanah secara
intensif, sehingga sisa-sisa tanaman yang jatuh, setelah mengalami dekomposisi
akan berubah menjadi pupuk organik. Keluaran atau output yang dihasilkan adalah
semua hasil pertanian meliputi jagung, mangga, dan semua yang bernilai jual.
Pada
lahan talun ini, siklus haranya adalah tertutup, hasil yang dibawa keluar
adalah yang bernilai jual, dan yang lain dibiarkan begitu saja dengan tujuan
jika terdekomposisi dapat menjadi pupuk organik. Sehingga seharusnya petani
tidak perlu memupuk. Namun jika diperlukan dapat ditambah pupuk.
Sistem
pertanian talun merupakan sistem pertanian yang cukup kompleks, sehingga dapat
dikatakan bahwa pengolahan dari sistem pertanian ini merupakan pertanian yang
terpadu. Hal ini dikarenakan dalam prosesnya, melibatkan bermacam-macam
komoditas yang berbeda, dan biasanya pengolahannya sangat minimal dan hampir
dapat dikatakan perawatannya seperti perawatan lahan pekarangan. Interaksi
antar komponen biotik dan abiotiknya pun sangat variatif mengingat lahan ini
tergolong cukup kompleks. Sistem pertanian ini sering disebut dengan
agroforestri (wanatani) yang biasanya terdapat di desa (pengelolaan hutan
desa).
Sistem
pertanian ladang
Sistem
pertanian ladang merupakan sistem pertanian yang paling primitif. Suatu sistem
peralihan dari tahap budaya pengumpul ke tahap budaya penanam. Pengolahan
tanahnya sangat minimum, produktivitas bergantung kepada ketersediaan lapisan
humus yang ada, yang terjadi karena sistem hutan. Sistem ini pada umumnya
terdapat di daerah yang berpenduduk sedikit dengan ketersediaan lahan tak
terbatas. Tanaman yang diusahakan umumnya tanaman pangan, seperti padi darat,
jagung, atau umbi-umbian.
Input
atau masukan yang diberikan antara lain pupuk. Tanaman di ladang ini diusahakan
dan hasilnya digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup petaninya. Oleh karena
itu, agar hasilnya juga maksimal, maka tanah perlu dipupuk agar tanah tersebut
terjaga kesuburannya. Jenis pupuk yang diperlukan adalah pupuk yang mengandung
unsur N, P, dan K. Akan tetapi, kebutuhan tanaman tidak hanya N, P, ataupun K,
namun juga unsur mikro. Jika unsur mikronya diambil lama-lama akan habis, maka
tanah itu tidak akan produktif lagi.
Maka
dianjurkan untuk memakai pupuk organik agar kembali unsurnya, baik biologi
maupun kimiawinya. Jika hanya menggunakan pupuk anorganik hanya menambah
kesuburan kimianya saja. Keluaran atau output yang dihasilkan adalah selain
hasil pertanian itu sendiri, batang tanaman jagung maupun daun-daunan itu
diambil untuk pakan ternak. Dan tidak ada pemanfaatan sisa-sisa tanaman sebagai
pupuk, karena hasil hanya diangkut keluar lahan dan tidak ada yang ditinggal
dalam lahan itu sendiri.
Pada
lahan ladang, biasanya siklus haranya adalah terbuka, semua hasilnya diangkut
keluar areal, dan tidak ada yang ditinggal. Hal ini tidak dibenarkan.
Seharusnya, masih ada sisa-sisa panen yang dibiarkan di lahan itu, agar
lama-kelamaan berubah menjadi pupuk untuk menambah unsur hara tanah.
Namun petani malah menggunakannya sebagai pakan ternak. Tetapi apabila kotoran
ternak itu dikembalikan ke lahan, maka akan ada siklus hara yang masuk.
Untuk sistem ladang sendiri, biasanya tetap mendapat masukan
(input) dari luar. Karena tanaman atau komoditas yang ditanam pada lahan ini
biasanya hanya sejenis, sehingga belum dapat dikatakan sebagai sistem pertanian
yang terpadu. Tanaman yang ditanam biasanya
tanaman pangan, seperti padi darat, jagung atau umbi-umbian.
Keuntungan
dan Kerugian Sistem Tegal pekarangan
-
Mudah dalam pengawasan
-
Dekat dengan tempat penyimpanan
-
Mudah dalam pemanenan
-
biaya yang dibutuhkan sedikit
-
lahannya terbatas
-
pengolahan lahannya mudah
-
waktu panen lama
-
sedikit jumlah produksinya
Keuntungan
dan Kerugian Sistem Ladang
-
mudah dalam perawatan
- banyak jumlah produksinya
- pengolahan lahannya minimum
- biaya yang dikeluarkan banyak
- jauh dari tempat penyimpanan
- Mengurangi luas hutan
- Kerusakan hutan,
- Tanah menjadi tandus / lahan kritis
- Tanah mudah tererosi,
- Kebakaran hutan,
- Pencemaran udara.
- Banjir
- banyak jumlah produksinya
- pengolahan lahannya minimum
- biaya yang dikeluarkan banyak
- jauh dari tempat penyimpanan
- Mengurangi luas hutan
- Kerusakan hutan,
- Tanah menjadi tandus / lahan kritis
- Tanah mudah tererosi,
- Kebakaran hutan,
- Pencemaran udara.
- Banjir